OSA: Obstuctive Sleep Apnea

Jika kita sering mendengkur dan merasakan kantuk di siang hari, ada kemungkinan kita mengalami kondisi yang disebut gangguan mendengkur atau apnea tidur. Walaupun mungkin hal ini merupakan efek dari penyakit seperti asma dan diabetes, apnea tidur sering tidak terdiagnosa.

OSA (Obstuctive Sleep Apnea)

Pada umumnya, otot-otot yang mengendalikan lidah dan jaringan lunak langit-langit mulut akan menjaga saluran pernafasan tetap terbuka selama tidur. Bila otot-otot tersebut terlalu rileks, saluran pernafasan jadi menyempit dan akan mengakibatkan mendengkur. Jika saluran tersebut semakin menyempit, bernafas akan semakin sulit dilakukan.

Kadang-kadang, pada orang tidur, saluran pernafasan jadi tertutup sama sekali sehingga orang tersebut berhenti bernafas, atau mengalami apa yang disebut ‘gangguan apnea tidur’. Gangguan ini bisa terjadi selama sepuluh detik atau lebih. Hal ini bisa terjadi berulang-ulang, bahkan bisa ratusan kali selama tidur.

Bila sering mengalami apnea tidur, kita akan berusaha untuk dapat bernafas, dan membuat otak dan jantung bekerja lebih keras. Hal ini akan menyebabkan kelelahan. Salah satu gejalanya adalah tidur mendengkur, lalu diam sesaat, dan mendengkur lagi dengan suara dengkur yang sangat keras dan tarikan nafas yang panjang dan dalam, kemudian menarik nafas kembali.

Gejala-gejala OSA:
Rasa kantuk berlebihan di siang hari. Kebanyakan orang yang mengidap OSA merasa sangat lelah di siang hari. Mereka bisa tertidur saat bekerja, membaca, nonton TV, atau bahkan mengobrol.
Dengkuran yang keras. Dengkuran keras sering diselingi tarikan nafas yang spontan dan cepat.
Mudah tersinggung. Karena kurang tidur dan stress untuk menjalani hidup normal, penderita OSA cenderung mudah tersinggung. Akibat yang lebih serius adalah depresi, tekanan darah tinggi, gangguang jantung serius, masalah seksual, daya ingat dan intelektual melemah, dan sakit kepala di pagi hari.

Kebanyakan penderita OSA adalah orang dewasa. Riset menunjukkan bahawa OSA tidak berkaitan dengan penyakit-penyakit serius. Namun, pembiaran akan mengakibatkan resiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, diabetes, dan depresi.

Lebih dari 35% pengidap OSA menderita tekanan darah tinggi yang meningkatkan resiko penyakit jantung.
Secara signifikan, 83% penderita tekanan darah tinggi berkelanjutan, meski mereka minum tiga jenis atau lebih obat-obatan, juga mengidap OSA.
Hampir 70% orang yang pernah terkena stroke mengidap OSA.
Penderita OSA memilik rasio kecelakaan berkendara tujuh kali lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak mengidap OSA.
OSA berhubungan dengan hampir lima kali lipat peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler , terlepas dari tingkat usia, indeks massa tubuh, tekanan darah sistolik dan diastolik, dan kebiasaan merokok pada saat ini.

PENGOBATAN

Terapi paling umum untuk penderita OSA adalah penggunaan ‘nasal Continuous Positive Airway Pressure’ (CPAP). Terapi ini tidak membutuhkan obat atau pembedahan. Alat CPAP mengalirkan udara dalam tekanan tertentu melalui masker hidung yang ukurannya disesuaikan sehingga menjamin kenyamanan terapi. Tekanan udara yang dialirkan berfungsi untuk menjaga saluran udara tetap terbuka dan mencegah penyumbatan saluran pernafasan.

Jika kita, atau orang terdekat kita, merasakan salah satu gejala OSA, mintalah pada dokter untuk merujuk ke klinik pemeriksaan tidur atau rumah sakit yang mempunyai fasilitas untuk memastikan apakah kita mengidap OSA tersebut.