Showing posts with label penelitian. Show all posts
Showing posts with label penelitian. Show all posts

Lensa Kontak Teleskopik Pertama di Dunia yang Memberikan Penglihatan Seperti Superman

sains, riset, penelitian, teknologi, mata, kaca mata 3d, bionik, teknologi bionik

Sebuah tim peneliti internasional telah menciptakan lensa kontak teleskopik pertama di dunia. Lensa kontak tersebut, ketika dipasang di mata Anda akan memberikan kekuatan untuk memperbesar penglihatan hampir tiga kali. Ya, ini adalah contoh yang pertama dari mata bionik yang efektif memberikan penglihatan seperti Superman atau penglihatan mata elang.

Seperti yang Anda lihat pada foto di atas, lensa kontak teleskopik memiliki dua daerah yang sangat berbeda. Pusat lensa memungkinkan cahaya untuk langsung melalui lensa, memberikan penglihatan normal. Sementara bagian tepi luar, bertindak sebagai teleskop yang mampu memperbesar pandangan Anda sebesar 2.8x. Ini hampir sama dengan melihat melalui lensa 100mm pada DSLR. Sebagai perbandingan, sepasang teropong pengamatan burung mungkin memiliki perbesaran 15x. Contoh-contoh yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini memberikan Anda ide yang baik dari apa yang dapat dilakukan oleh optical zoom 2.8x yang akan terlihat seperti dalam kehidupan nyata.

sains, riset, penelitian, teknologi, mata, kaca mata 3d, bionik, teknologi bionik

Terobosan utama dari penelitian ini adalah bahwa lensa kontak teleskopik hanya memiliki ketebalan 1.17mm, memungkinkan untuk nyaman dipakai. Upaya lain pada pemberian penglihatan teleskopik telah menyertakan: lensa dengan ketebalan 4.4mm (terlalu tebal untuk penggunaan dunia nyata), kacamata teleskopik (terlalu rumit dan jelek), dan yang terbaru lensa teleskopik yang ditanamkan ke mata itu sendiri. Yang terakhir adalah saat ini pilihan terbaik yang tersedia saat ini, tetapi membutuhkan operasi dan kualitas gambar tidak baik.

Untuk membuat teleskop dengan tebal 1.17mm, para peneliti yang dipimpin oleh Joseph Ford UCSD dan Eric Tremblay dari EPFL harus lebih kreatif. Cahaya yang akan diperbesar memasuki tepi lensa kontak, memantul sekitar empat kali dalam lensa menggunakan cermin aluminium bermotif, dan kemudian dipancarkan ke tepi retina di belakang bola mata Anda. Cermin memperbesar gambar 2,8 kali, tetapi juga mengoreksi chromatic aberration, menghasilkan fidelity gambar sangat tinggi. Untuk beralih antara penglihatan normal dan teleskopik, bagian tengah lensa kontak (normal, unmagnified) memiliki filter polarisasi di depan lensa, dan kemudian pemakainya melengkapi sepasang kacamata 3D TV. Dengan beralih ke keadaan polarisasi kacamata (dalam kasus ini sepasang kristal cair aktif dari spesifikasi Samsung 3D), pengguna dapat memilih antara penglihatan normal dan diperbesar.

sains, riset, penelitian, teknologi, mata, kaca mata 3d, bionik, teknologi bionik

Dalam kasus ini mungkin Anda bertanya-tanya, apakah solusi ini ada untuk satu alasan: Untuk membantu memulihkan penglihatan orang dengan degenerasi makula terkait usia (age-related macular degeneration-AMD). AMD merusak resolusi tinggi fovea di pusat retina, tetapi umumnya di luar daerah resolusi rendah (perifovea) masih bekerja. Tanpa fovea, penderita AMD tidak bisa melihat rincian halus, seperti jenis pada halaman. Kacamata teleskopik, lensa, dan implan memfokuskan cahaya ke daerah bagian luar, memberikan orang-orang dengan AMD kemampuan untuk membuat penglihatannya lebih detail.

Saat ini lensa kontak teleskopik terbuat dari PMMA, polimer gas kedap yang lama, lensa kontak tidak nyaman digunakan. Untuk membawa lensa ini ke pasar, para peneliti akan perlu untuk beralih ke Rigid Gas Permeable (RGP) polimer, yang akan menghasilkan lensa kontak yang nyaman dan lebih modern. Meskipun lensa teleskopik jelas ditujukan untuk orang yang menderita AMD, tetai tidak ada yang mencegah seseorang yang sehat dari memakai lensa ini dan mendapatkan penglihatan lebih baik dari manusia biasa (manusia super?).

Sumber:
Research paper: dx.doi.org/10.1364/OE.21.015980 – “Switchable telescopic contact lens”

Lampu mikroalga menyerap 150 kali lebih banyak CO2 dibandingkan pohon


Lampu mikroalga menyerap 150 kali lebih banyak CO2 dibandingkan pohon
Sebuah penelitian baru telah menciptakan sesuatu yang benar-benar luar biasa, cahaya yang dihasilkan oleh alga yang menyerap CO2 di udara pada tingkat 1 ton PER TAHUN, atau setara dengan  pohon yang menyerap CO2 selama seumur hidup nya! Lampu jalan mikroalga memiliki potensi untuk menyediakan udara bersih secara signifikan di daerah perkotaan dan merevolusi cakarawala kota.

Wow, konsep ini memiliki potensi untuk menjadi luar biasa, dalam arti sebenarnya dari kata tersebut. Bumi berubah. Jika lampu ini dipasang di mana-mana, itu akan memiliki efek besar pada tingkat CO2.

Jika angka-angka tersebut benar maka kira-kira setiap lima dari lampu yang digunakan akan melawan emisi CO2 setiap tahun oleh satu mobil berdasarkan jarak tempuh rata-rata.




Sumber: Sciencedump

Aplikasi smartphone melacak pengguna bahkan ketika aplikasi sedang tidak digunakan

Menurut dua peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT), beberapa aplikasi smartphone mengumpulkan dan mengirimkan informasi sensitif yang disimpan pada ponsel, termasuk lokasi, kontak, dan sejarah Web browsing, bahkan ketika aplikasi tidak sedang digunakan oleh pemilik ponsel.

Aplikasi smartphone melacak privasi pengguna

"Sepertinya orang tidak lagi mengendalikan privasi mereka sendiri," kata Frances Zhang, mahasiswa master dalam ilmu komputer di MIT.

Zhang dan rekan peneliti Shih Fuming, kandidat doktor ilmu komputer, menemukan bahwa beberapa aplikasi populer untuk ponsel yang menggunakan sistem operasi Android terus mengumpulkan informasi tanpa memberitahu pemilik telepon.

Game populer Angry Birds menggunakan telepon GPS dan fitur Wi-Fi  nirkabel jaringan untuk melacak lokasi pemilik, bahkan ketika dia tidak bermain game, misalnya. Permainan lain, Bowman, mengumpulkan informasi dari browser Internet ponsel, termasuk website apa yang telah dikunjungi pemilik. Dan WhatsApp, sebuah program text-messaging populer, scan buku alamat pengguna walaupun saat aplikasi sedang tidak digunakan.

Apa yang tidak diketahui adalah apakah aplikasi yang berjalan pada iPhone dan komputer tablet iPad mengumpulkan informasi dengan cara yang sama. Shih dan Zhang hanya menguji 36 aplikasi yang dibuat untuk sistem operasi Android, yang merupakan perangkat lunak "open source" pengguna berarti bebas untuk memodifikasi program yang berjalan pada platform. Para peneliti menambahkan perangkat lunak untuk Android yang mencatat tindakan setiap aplikasi pada ponsel Android standar. Mereka tidak bisa menjalankan tes yang sama pada iPhone atau aplikasi iPad, karena perangkat lunak Apple tidak dapat diubah oleh pengguna. Zhang mengatakan itu mungkin aplikasi iPad dan iPhone juga mengumpulkan dan mengirimkan informasi di latar belakang, "tapi kami tidak memiliki data untuk mendukung itu."

Ada alasan logis untuk beberapa aplikasi untuk mengumpulkan data tersebut, kata Zhang. Rovio Entertainment Ltd, pembuat Angry Birds, membuat uang dari versi gratis dari permainan dengan menampilkan iklan di layar. Menggunakan data lokasi dari ponsel ke titik pemain untuk pengiklan lokal. Tapi Zhang mempertanyakan kebutuhan untuk menjaga pelacakan lokasi pengguna bahkan ketika permainan dimatikan. Dan tidak ada alasan yang jelas video game seperti Bowman perlu tahu tentang kebiasaan web-surfing pemain, katanya.

Para pengembang Angry Birds dan Bowman tidak menanggapi permintaan komentar.

WhatsApp dikutip dari kebijakan privasi, yang mengatakan aplikasi yang scan buku alamat untuk nomor telepon hanya untuk melihat apakah ada teman-teman pengguna juga pengguna WhatsApp. Menurut pernyataan kebijakan, WhatsApp tidak menyalin nama, alamat, atau alamat e-mail dari buku alamat telepon.

Zhang dan Shih telah mengajukan permohonan paten pada penelitian mereka, yang mereka berharap untuk berubah menjadi sistem penilaian untuk membantu konsumen dengan cepat memahami kebijakan privasi untuk ribuan aplikasi. Mereka menggunakan hasil tes mereka untuk menghitung "nilai campur tangan" untuk setiap rating, jumlah data pribadi yang dikumpulkan ketika aplikasi sedang digunakan dan saat idle. Tapi mereka dapat menguji hanya segelintir lebih dari setengah juta aplikasi Android, sehingga mereka berharap untuk mengembangkan sebuah aplikasi terpisah yang akan "crowdsource" proses. Pemilik ponsel Android bisa menginstal aplikasi, menggunakannya untuk menguji aplikasi lain, kemudian mempublikasikan hasilnya pada sebuah situs web. Konsumen bisa memeriksa skor campur tangan sebuah aplikasi sebelum memutuskan apakah akan menginstalnya.

"Seiring waktu, kami berharap untuk menggunakan ini untuk memotivasi pengembang untuk lebih berhati-hati tentang praktik privasi mereka," kata Zhang.

Pelacakan dampak privasi aplikasi smartphone "hanya sangat, sangat sulit," kata Hal Abelson profesor ilmu komputer MIT, penasihat Shih dan Zhang.

Sebagian besar aplikasi telah menulis kebijakan privasi, menurut sebuah survei yang dirilis pada bulan Juli oleh Future think tank dari Forum Privasi di Washington, DC, yang didanai oleh sejumlah perusahaan teknologi.

Namun pernyataan kebijakan privasi sering begitu lama dan sulit untuk memahami bahwa beberapa orang membacanya, dan mereka sering kekurangan rincian penting, kata Abelson. Kebijakan privasi untuk Angry Birds, misalnya, tidak mengungkapkan bahwa aplikasi terus melacak lokasi pengguna bahkan ketika permainan dimatikan.

Pada bulan Juni, Telekomunikasi Nasional dan Administrasi Informasi mengumumkan upaya untuk menciptakan standar privasi kekuatan hukum untuk aplikasi mobile.

"Langkah pertama adalah transparansi," kata Peter Swire, seorang profesor hukum di Ohio State University yang mengawasi kebijakan privasi federal selama pemerintahan Clinton.

Penelitian MIT dapat membantu dengan menyediakan alat evaluasi privasi sederhana bagi konsumen dan regulator.

"Saya pikir itu akan membantu ekosistem," kata Swire, "karena kita akan melihat praktik memalukan lebih cepat."

Sumber: http://www.boston.com/

Sistem Kekebalan Tubuh Dapat Dikendalikan Oleh Pikiran


Sistem kekebalan tubuh
Film tentang paranormal sering menunjukkan bagaimana mereka membisikkan mantra di atas luka pendarahan, atau bagaimana mereka melihat secara dekat orang yang sakit parah, dan dia segera membaik. Dokter menyebutnya penipuan seperti penyembuh. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kekebalan dapat dikendalikan oleh pikiran . Secara khusus, otak kita mampu mempengaruhi intensitas reaksi alergi. Seperti kesimpulan fantastis dibuat oleh para peneliti dari University of South Australia.

Dalam percobaan, beberapa relawan yang disuntik dengan histamin , yang diproduksi dalam jumlah besar oleh sistem kekebalan tubuh kita dalam kasus serangan alergi. Histamin disuntikkan di lengan, tetapi percobaan diorganisasi sedemikian rupa sehingga tampak seolah-olah obat itu disuntikkan pada sebuah boneka karet. Pada saat yang sama, suntikan nyata dibuat di lengan lainnya.

Ternyata ketika orang mengira bahwa injeksi histamin telah dilakukan untuk boneka itu, reaksi alergi jauh lebih kuat . Sepertinya otak berhenti mengikuti sistem kekebalan tubuh karena injeksi dibuat. Ilusi ini juga memicu penurunan aliran darah dan suhu di lengan diduga diganti.

Jadi, itu berarti bahwa dalam banyak sistem kekebalan tubuh dipengaruhi oleh kesadaran . Penemuan ini menyoroti penyakit autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menyerang tubuh, seperti skizofrenia, stroke, autis, epilepsi, anoreksia dan bulimia.

Akibat Pestisida, Kini Lebah Tidak Tahu Jalan Pulang


Anda boleh percaya atau tidak, kini lebah madu tidak bisa kembali ke sarangnya. Mereka mengalami disorientasi atau gangguan navigasi untuk menemukan sarangnya sendiri akibat pestisida.

Dalam beberapa tahun terakhir, populasi lebah madu merosot tajam, seiring dengan fenomena yang disebut Colony Collapse Disorder. Para ilmuwan juga takut pestisida menghancurkan populasi lebah.

Demikian hasil penelitian yang diterbitkan di The Juornal Science, pekan lalu.
Dave Goulson, peneliti dari Stirling University, Scotland, menyebutkan populasi beberapa jenis lebah madu ekor kuning (bumblebee) telah menurun dalam skala besar.

Di Amerika Utara, beberapa spesies bumblebee yang dulu sering ditemukan, kini jarang bahkan sudah hilang dari habitatnya. Di Inggris, tiga spesies justru telah punah.

Ancaman terhadap populasi lebah madu ini juga telah meluas ke Asia, Amerika Selatan dan Timur Tengah.

Dalam penelitiannya, para ilmuwan menemukan koloni lebah madu yang terpapar pestisida mengalami kesulitan menemukan jalur pulang. Ini berbeda dengan koloni lebah yang tidak terpapar pestisida.

Meski tidak mematikan secara langsung, ternyata Pestisida telah merusak sistem saraf lebah sehingga mengalami disorientasi menemukan jalan kembali ke sarang. Pada akhirnya banyak lebah yang mati karena tidak menemukan sarangnya.

Lebah memiliki peran penting sebagai polinator untuk perkembangbiakan tanaman, baik tanaman buah maupun bunga. Pada 2011 lalu, PBB melaporkan keberadaan lebah dan polinator lainnya, seperti kumbang, kupu-kupu dan burung, memberi keuntungan ekonomi bagi manusia hingga Rp195 triliun.

Mikrobot, Robot Mikro yang Bisa Membawa Objek 4 Kali Lebih Besar

Ilmuwan dari Departemen Energi Argonne baru saja menciptakan kreasi teknologi yang menarik. Mereka menciptakan mikrobot yang dpapat menari. Ukuran robot ini hanya setengah milimeter yang bisa menggabungkan diri dan membawa objek yang 4 kali lebih besar dari ukurannya.






Jika diamati dengan mikroskop, mikrobot yang berskala milimeter tersebut dapat menggerakkan ‘rahangnya’ untuk bergerak memutari sebuah obyek beberapa kali bahkan menggerakkan serta memindahkan objek lain. Mikrobot ini terbuat dari mikropartikel dan tidak dapat bergerak sendiri dan digerakkan secara remote.  Yang hebat robot ini juga dapat memperbaiki diri.

Mikrobot tersebut  bergerak merespon medan magnet di dekatnya. Mereka dapat membentuk seperti bintang dan bergerak memutar. . Mengesankan bukan!
Meskipun saat ini masih dalam tahap penelitian, hasil penggunaan robot ini bisa memiliki implikasi ganda. Mini-robot bisa memanipulasi reaksi kimia, membawa/melakukan perawatan medis untuk tempat-tempat tertentu dalam tubuh, menghilangkan partikel untuk studi lebih lanjut atau membersihkan suatu permukaan.

Antilaser Untuk Teknologi Komputer Masa Depan

Laser merupakan teknologi yang sudah berusia 50 tahun yang kini jamak digunakan di berbagai perangkat, mulai dari CD sampai ke pointer yang biasa digunakan untuk presentasi. Kini, teknologi itu menghadapi lawannya, yakni antilaser.

Perangkat antilaser akan mampu menangkap dan membatalkan sinar laser yang sudah dipancarkan.

Menurut Douglas Stone, peneliti asal Yale University, Amerika Serikat, meski perangkat seperti itu kemungkinan hanya cocok untuk film-film fiksi ilmiah, namun dalam dunia nyata, penggunaan yang paling memungkinkan dari teknologi antilaser adalah di dunia komputer, khususnya drive optik.

“Ke depannya, cara kerja perangkat ini adalah seperti memancarkan laser secara terbalik,” kata Stone, seperti dikutip dari Phbeta.

Stone menyebutkan, meski laser membutuhkan energi listrik dan memancarkan sinar dalam pita frekuensi yang cukup sempit, antilaser yang diciptakannya mengambil sinar laser dan mentransformasikannya menjadi energi panas. Akan tetapi energi ini juga dapat dikonversikan menjadi energi listrik.

Laser konvensional, yang ditemukan pada tahun 1960, menggunakan apa yang disebut dengan ‘gain medium’ misalnya material semikonduktor untuk membuat pancaran gelombang cahaya yang fokus.

Adapun perangkat yang dibuat Stone menggunakan silikon sebagai penyerap ‘loss medium’ yang menangkap gelombang sinar itu yang akan membuatnya memantul-mantul hingga mereka dikonversikan menjadi panas.

Dan meskipun teknologi yang ditemukan Stone tampak menarik, antilaser yang ia buat tidaklah ditujukan sebagai pelindung laser. “Ini merupakan cara untuk menyerap laser. Berbeda dengan pistol laser yang jika ia digunakan untuk membunuh, sinar lasernya tetap akan membunuh targetnya,” ucapnya.

Menurut Stone, penggunaan yang paling memungkinkan untuk teknologinya adalah di bidang komputer. “Komputer kinerja tinggi masa depan akan memiliki chip hybrid,” ucapnya. “Bukannya memiliki chip dengan transistor dan silikon, komputer masa depan akan menggunakan energi listrik dan cahaya,” ucap Stone.

Stone menyebutkan, perangkat dengan antilaser juga bisa digunakan sebagai sakelar optik yang bisa dinyala-matikan kapanpun diinginkan.

Kulit Katak Hasilkan Obat Kanker

Penelitian para ilmuwan dari Queen's School of Pharmacy menemukan protein pada kulit katak yang bermanfaat untuk pengobatan. Jenis protein yang ditemukan itu, berpotensi besar dapat mengobati penyakit kanker, stroke, dan menyembuhkan luka pascaopereasi dengan mengatur pertumbuhan pembuluh darah.

Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Shaw itu berhasil mengidentifikasi dua protein atau ‘peptida’ yang dapat mengontrol ‘angiogenesis', sebuah proses pembuatan pembuluh darah dalam tubuh.

Penemuan ini berpotensi  mengembangkan obat baru penyakit yang telah mempengaruhi kondisi manusia selama70 tahun dan dirasakan lebih dari satu miliar orang di seluruh penjuru dunia itu.

Protein itu ditemukan dalam sekresi pada kulit katak Waxy Monkey dan the Giant Firebellied Toad. Dalam penelitian itu, para ilmuwan menangkap katak-katak dan  mengambil protein hasil sekresi pada kulit katak sebelum melepaskan kembali ke alam bebas. Katak-katak itu tak menderita sedikitpun selama proses ini.

Menurut Profesor Shaw, protein yang ditemukan itu memiliki kemampuan, baik untuk merangsang atau membatasi pertumbuhan pembuluh darah.

Dia mengatakan, protein yang ditemukan pada kulit katak the Waxy Monkey bisa menghambat angiogenesis. Dengan ‘mematikan', angiogenesis dan menghambat pertumbuhan pembuluh darah, protein ini berpotensi dapat membunuh tumor kanker.

Kebanyakan, tumor kanker hanya dapat tumbuh sampai ukuran tertentu sebelum mereka memerlukan pembuluh darah yang tumbuh dalam tumor untuk memasok nutrisi penting dan oksigen. "Menghentikan pertumbuhan pembuluh darah akan memperkecil kemungkinan penyebaran tumor dan akhirnya membunuh tumor kanker," kata Sahw seperti dilansir laman medindia.net.

Sebaliknya, para ilmuwan menemukan protein yang mampu menghidupkan dan merangsang pertumbuhan pembuluh darah pada the Giant Firebellied Toad. Protein ini sangat potensial menyembuhkan susunan organ yang ditransplantasi, luka diabetes, dan kerusakan yang disebabkan oleh stroke atau kondisi jantung.

Shaw mengatakan penelitian yang dilakukan timnya ini merupakan keberhasilan mendapatkan solusi alami, padahal metode percobaan obat lain mengalami kegagalan. Karena besarnya potensi ini, angiogenesis menjadi target utama dari penelitian pengembangan obat-obatan selama empat puluh tahun. "Meski dana yang dikeluarkan peneliti dan perusahaan obat dunia cukup besar US$ 4-5 juta, mereka belum mengembangkan obat yang efektif membunuh target, mengontrol dan mengatur pertumbuhan pembuluh darah," kata dia.

Usaha ini, kata Shaw, telah membuka potensi alamiah untuk pengobatan, yakni dengan penemuan sekresi pada kulit katak dan kodok bangkong. "Kami sangat yakin alam memiliki solusi terhadap banyak masalah kita," kata dia.

Peneliti dari Queen ini mendapat penghargaan inovasi penyakit jantung pada Medical Future Innovation di London. Penghargaan ini termasuk anugrah bergengsi Eropa dalam bidang kesehatan dan bisnis.

Menggunakan Ponsel Tak Sebabkan Tumor Otak

Menggunakan ponsel selama bertahun-tahun ternyata tidak akan menambah resiko orang terkena penyakit kanker otak jinak. Demikian hasil dari sebuah riset terakhir yang dilakukan oleh ilmuwan Denmark.
Riset yang melibatkan pengumpulan data dari 2,9 juta orang Denmark, itu menyimpullkan bahwa para pengguna ponsel selama 11 tahun atau lebih, tidak memiliki tumor jenis ini, atau disebut juga dengan nama vestibular schwannomas

Hasil penemuan ini kontradiktif dengan banyak penelitian sebelumnya. Ilmuwan dari Denmark ini mengatakan bahwa mereka tidak menemukan hubungan jangka panjang antara ponsel dengan perkembangan tumor itu.

Vestibular schwannomas adalah penyakit tumor ringan yang secara teoritis timbul dari energi yang terserap oleh otak dari medan elektromagnet yang dihasilkan oleh ponsel. Pada riset sebelumnya, World Health Organization mengklasifikasikan ponsel sebagai penyebab potensial kanker (karsinogen). 

Riset yang dilakukan oleh ilmuwan Denmark ini adalah salah satu yang terbesar untuk meneliti masalah ini. Penelitian ini hanya mendata berapa lama seseorang telah menjadi pengguna ponsel. Namun, tidak mendata seberapa sering orang tersebut menggunakan ponsel. 

Menurut, David Savitz, seorang profesor dari Brown University yang duduk dalam panel penelitian WHO itu, penemuan terbaru ini menjadi salah satu pembuktian ketiadaan hubungan antara pemakaian ponsel dengan peningkatan resiko vestibular schwannomas. Namun, kata Savitz, penelitian di bidang ini masih perlu terus dilakukan.
Vestibular schwannomas tumbuh di sekitar sel otak dan melibatkan fungsi pendengaran dan keseimbangan seseorang. Tumor ini akan menyebabkan seseorang kehilangan pendengaran, pusing-pusing, serta kehilangan keseimbangan.  

Bila tumor ini tumbuh semakin besar, tumor ini mungkin akan menekan daerah-daerah otak yang penting sehingga bisa juga mengancam jiwa pengidapnya.

Karena tumor jenis ini adalah tumor yang pertumbuhannya sangat lambat, jadi masih ada kemungkinan tumor ini diketahui setelah lebih dari 11 tahun. Oleh karenanya, para peserta penelitian musti terus dimonitor untuk mengetahui perkembangan vestibular schwannomas, dalam tubuh mereka.

Tahun 2011, Jumlah Manusia Sedunia 7 Miliar Orang

Menurut penelitian terakhir, populasi manusia di seluruh dunia akan mencapai 7 miliar orang di tahun 2011 ini. Angka itu kemungkinan akan bertambah lagi sebesar 2,3 miliar di tahun 2050. Padahal, 2,3 miliar adalah jumlah manusia di seluruh planet Bumi pada tahun 1950.

David Bloom, profesor ekonomi dan demografi dari Harvard University menyebutkan, peningkatan jumlah manusia ini akan menghadirkan pergolakan demografi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dalam laporannya yang dipublikasikan di jurnal Science, Bloom menyebutkan, pada tahun 2050, hampir seluruh dari 2,3 miliar manusia baru itu akan tinggal di kawasan yang kurang berkembang. Dan hampir separuhnya tinggal di Afrika.

Sebaliknya, sebut Bloom, populasi manusia di negara maju akan tetap bahkan usianya akan menua, dengan manusia dewasa berusia produktif yang semakin berkurang untuk mendukung penghidupan para pensiunan.
 
Meski masalah yang dihadapi negara berkembang berbeda dengan masalah yang dihadapi negara kaya, akan tetapi di era globalisasi, tantangan demografi di manapun merupakan tantangan bagi negara manapun di dunia.

Di sepanjang sejarah manusia sendiri, populasi dunia umumnya tumbuh lambat. Sebagai gambaran, di tahun 1850, jumlah manusia baru ada 1 miliar orang. Namun demikian, dalam separuh abad terakhir, populasi telah melonjak dari 3 miliar menjadi 7 miliar.
 
”Gambaran demografi memang kompleks dan menimbulkan beberapa tantangan berat,” kata Bloom. Hanya diam dan tidak melakukan apa-apa di saat manusia menghadapi bahaya dari perubahan demografis merupakan tindakan yang tidak bertanggungjawab.

Apakah Pengaruh Turunnya Aktvitas Matahari pada Bumi?

Pekan lalu, beberapa kelompok ilmuwan membuka kemungkinan bahwa perubahan iklim bisa hilang. Setidaknya untuk sementara. Argumen ini dibuat berdasarkan penelitian yang mereka lakukan terhadap aktivitas bintik Matahari.

Seperti diketahui, dari tiga penelitian yang berbeda, terlihat tanda-tanda bahwa jumlah bintik Matahari akan berkurang. Jika bintik berkurang, energi yang dipancarkan juga menurun. Akibatnya, panas terik Matahari akan reda di permukaan Bumi.

Temuan ini sontak memicu pendapat bahwa pemanasan global bukan lagi menjadi masalah yang akan kita hadapi.

Dikutip dari Good Environment, sejumlah peneliti berpendapat bahwa meski Matahari masuk ke periode istirahat, dan membuat panas yang ia pancarkan berkurang, kita masih tetap tidak bisa menghindari perubahan iklim.

Pada abad ke-17, saat Matahari masuk ke periode istirahat, suhu di planet Bumi memang menurun. Namun ketika itu, penurunan suhu Bumi bukan saja disebabkan oleh berkurangnya pancaran energi dari Matahari.

Pada periode yang sama, meski tidak ada hubungannya dengan aktivitas Matahari, di bumi terjadi pula aktivitas volkanik yang mengirimkan awan debu ke atmosfir, yang akhirnya ikut memblokir sinar Matahari.

Penurunan aktivitas surya yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2012 itu tentu akan memberikan efek pada Bumi. Namun demikian, pendinginan akibat berkurangnya aktivitas bintik Matahari itu diprediksi tidak akan sampai 1 derajat Fahrenheit.

Padahal, untuk menjaga Bumi tetap aman, umat manusia perlu menjaga temperatur global agar tidak naik lebih dari 2 derajat.

Saat ini, para ilmuwan memprediksikan bahwa peningkatan temperatur akan mencapai 3, 5, atau bahkan 7 derajat hingga tahun 2100 mendatang. Meski Matahari mendingin, dampaknya tidak akan besar terhadap pemanasan global.

Micronecta scholtzi, Hewan Paling Berisik di Bumi

Ilmuwan berhasil mendapatkan bukti seputar hewan paling berisik di seluruh dunia, khususnya jika melihat ukuran tubuhnya. Micronecta scholtzi, serangga yang tinggal di bawah air ini mampu mengeluarkan suara sebesar 99,2 desibel.

Sebagai gambaran 99,2 desibel kurang lebih sama kencangnya dengan mendengarkan permainan musik orkestra dan kita menyaksikannya dari deretan bangku terdepan. Frekuensi suara yang dihasilkan ada di sekitar 10kHz juga berada di dalam jangkauan pendengaran manusia.

Menurut James Windmill, peneliti dari University of Strathclyde, Skotlandia, hewan ini sangat hebat. “Meski 99 persen suara yang dihasilkan hilang saat bergerak dari dalam air ke luar ke udara terbuka, namun suara yang dihasilkan hewan yang ‘menyanyikannya’ dari dasar sungai masih bisa didengar oleh orang yang berjalan di pinggir sungai,” ucapnya.

Dikutip dari Science Daily, suara ‘nyanyian’ itu dikeluarkan oleh Micronecta scholtzi jantan yang ingin mencari perhatian lawan jenis. Ia menghasilkan suara dengan menggesekkan bagian tubuhnya. Yang menarik, bagian tubuh yang digesekkan tersebut hanya memiliki ukuran 50 mikrometer, atau sekitar lebar rambut manusia.

“Kami belum mengetahui bagaimana mereka bisa mengeluarkan suara sekencang itu dari area yang sangat sempit,” sebut Windmill.

Tim peneliti yang menyampaikan hasil temuannya di pertemuan tahunan Society for Experimental Biology Annual Conference di Glasgow itu menyebutkan bahwa mereka ingin mencari tahu dari aspek biologi dan teknis untuk mengetahui bagaimana hewan kecil bisa mengeluarkan suara sangat bising. Bila memungkinkan, ‘teknologi’ yang dimiliki hewan ini juga diaplikasikan dalam kehidupuan manusia.

“Secara biologi, penelitian ini bisa bermanfaat dalam upaya konservasi karena merekam suara serangga bisa digunakan untuk memantau keanekaragaman hewan,” kata Windmill. “Dari sisi teknis, penelitian ini bisa digunakan untuk teknologi akustik seperti sistem sonar,” ucapnya.

Biji Asam Bisa Mengobati Syaraf yang Rusak

biomaterial, kesehatan, penelitian, riset, sains, biji asam, xyloglucan

Para peneliti dari Monash University, Australia, menemukan sebuah biomaterial baru pada biji asam yang bisa menumbuhkan kembali syaraf yang rusak pada otak dan tulang belakang. Dengn adanya penemuan ini, diharapkan dapat merevolusi pengobatan syaraf yang rusak akibat cidera maupun akibat penyakit, seperti parkinson.

Andrew Rodda, ilmuan yang tergabung dalam Monash Material Engineering meneliti xyloglucan, senyawa yang berasal dari tanaman asam. Dalam tanaman, xyloglucan berperan penting untuk menghubungkan sel yang satu dengan lainnya. Sementara itu, Andrew Rodda, telah mengkaji khasiat biomaterial ini pada hewan yang menderita kerusakan sel syaraf.

Senyawa yang diteliti Rodda ini dapat disuntikkan dalam bentuk cairan ke bagian tubuh yang terluka. Secara perlahan, senyawa itu berubah menjadi gel ketika suhunya sama dengan suhu badan. Setelah mencapai sasaran, gel ini bertindak sebagai struktur pendukung melalui sel-sel sehat yang dapat bermigrasi serta bisa melekat ke sistem saraf.

Menurut Rodda, selama ini terdapat kekurangan dalam proses penyembuhan syaraf yang rusak. Dalam metode penyembuhan selama ini, syaraf tidak bisa tumbuh kembali karena racun yang ditinggalkan bekas syaraf yang mati.

"Sel saraf itu sensitif, dan hanya akan tumbuh di lingkungan yang paling mendukung. Setelah cidera, sel-sel baru biasanya tidak dapat menembus ke dalam ruang kosong setelah kematian massal sel. Rumpun sel di pinggirnya, membentuk penghalang yang tidak bisa ditembus. Ini meninggalkan pusat luka, yang mengandung bahan kimia yang dapat membunuh saraf yang akan tumbuh." Kata Rodda sebagaimana dilansir medindia.net.

Senyawa dalam biji asam bekerja dengan menyediakan tangga-tangga sementara, di mana sel-sel baru dapat tumbuh dan menembus bekas luka.

Secara signifikan, sel penolong yang disebut astrocit akan bergerak menuju gel yang disuntikkan. Sel-sel ini kemudian mensekresikan bahan kimia bermanfaat, yang mungkin membantu menciptakan lingkungan di mana sel-sel saraf yang halus bisa bertahan.

Studi yang dilakukan Rodda ini merupakan bagian dari upaya untuk mendorong regenerasi syaraf di otak dan sumsum tulang belakang. Ini didasarkan pada pekerjaan sebelumnya di Monash University untuk memahami dan mengontrol pertumbuhan saraf menggunakan biomaterial.


Enhanced by Zemanta

Bakteri dalam Usus Pengaruhi Perilaku Manusia

Ribuan bakteri hidup dalam usus manusia. Selain memberikan manfaat, keberadaan bakteri-bakteri itu, terkadang juga merugikan manusia.

Sebuah penelitian terbaru mengungkap, bakteri dalam usus dapat mempengaruhi perilaku manusia.

Menurut penelitian yang dilakukan para peneliti dari Universitas McMaster, bakteri dalam usus bisa mempengaruhi zat kimia dalam otak dan mempengaruhi perilaku manusia. Temuan ini sangat penting, karena jenis penyakit perut, termasuk iritasi usus besar, sering dikaitkan dengan kegelisahan atau depresi.

Di samping itu, ada juga spekulasi yang mengatakan masalah psykologi, seperti gejala autisme, dikaitkan dengan bakteri yang terkandung dalam usus.

"Hasil yang menakjubkan memberikan dorongan untuk melakukan penelitihan lebih jauh terhadap komponen mikroba penyebab penyakit perilaku," kata profesor pengobatan dan peneliti dari Michael G. DeGroote School of Medicine, Stephen Collin seperti dilansir medindia.net.

Collin dan asistennya, Premysl Bercik melakukan penelitian di Institut Penelitian Kesehatan Pencernaan Keluarga Farncombe (Inggris).

Dalam penelitian itu, ditemukan bahwa dalam usus masing-masing orang terdapat sekitar 1.000 bakteri trillium yang hidup dengan nyaman, dan selaras dengan kehidupan manusia. Bakteri ini melakukan sejumlah fungsi penting terhadap kesehatan, yaitu menyerap energi dari makanan, melindungi terjadinya infeksi, dan menyediakan nutrisi untuk sel dalam usus.

Namun, jika 'kehidupan nyaman' bakteri-bakteri itu mengalami gangguan, akan berdampak pula pada kondisi manusia. Setiap gangguan dapat mengancam kondisi jiwa, seperti infeksi usus besar akibat antibiotik.

Untuk membuktikan bakteri dapat mempengaruhi perilaku, peneliti mengambil seekor tikus yang bebas bakteri, kemudian memberinya bakteri dari tikus yang memiliki perilaku agresif.

Hasilnya, setelah diberi bakteri tikus yang berperilaku agresif, tikus yang bebas bakteri dan semula diam itu berubah menjadi agresif dan lebih berani.

Penelitian yang sama juga menunjukkan tikus yang semula agresif menjadi pasif ketika diberi bakteri dari tikus yang berperilaku pasif.

Sementara itu, penelitian sebelumnya fokus pada peranan bakteri pada perkembangan awal otak. Collin mengatakan penelitian terakhir ini mengindikasikan meskipun banyak faktor yang menentukan perilaku, sifat dan stabilitas bakteri dalam usus dapat mempengaruhi tingkah laku dan setiap gangguan. Baik gangguan yang disebabkan oleh anti biotik atau infeksi, mungkin akan menyebabkan perubahan perilaku.

Apakah Benar Pohon Bisa 'Bicara'?


Ternyata tak cuma hewan yang bisa berkomunikasi satu sama lain. Peneliti menyimpulkan bahwa pohon pun mampu menjalin komunikasi kepada sesamanya.
Seperti dilansir oleh situs IO9, Ian Baldwin, Director Max Planck Institute for Chemical Ecology, mempublikasikan sebuah paper yang menyimpulkan bahwa pohon bisa menyebarkan sebuah senyawa kimia untuk 'berkomunikasi' dengan pohon lain di dekatnya.
Menurut Baldwin, ketika sebuah pohon yang ia teliti diserang oleh serangga, pohon itu akan memproduksi tanin dan berbagai senyawa kimia lainnya. 
Senyawa itu biasanya dilepas untuk menghambat pertumbuhan dan tersedianya makanan bagi larva serangga itu, serta untuk mempertahankan diri dari serangan lebih lanjut dari serangga tersebut.
Temuan Baldwin lainnya, setelah itu ternyata tak cuma pohon yang terserang serangga saja yang mengeluarkan senyawa kimia itu, melainkan juga pohon-pohon lain yang belum diserang, mengeluarkan senyawa yang sama.
Baldwin dan rekan-rekannya berkesimpulan, senyawa kimia itu dikeluarkan sebagai mekanisme untuk memperingatkan potensi bahaya yang dihadapi oleh pohon-pohon lain sehingga juga bisa mempersiapkan pertahanan diri.
Penelitian lebih jauh menggunakan analisa molekuler dan genetika menemukan bahwa senyawa kimia dilepaskan melalui daun, mulai dari molekul kecil sederhana sepertiethylene, hingga senyawa yang lebih komplek seperti methyl jasmonate.
Senyawa-senyawa tersebut berdifusi dengan udara, dan ketika menyentuh pohon lain, maka pohon itu merespon dengan melakukan perubahan pertumbuhan dan sintesis kimia. 
"Bentuk komunikasi kimiawi dari tumbuhan yang kita duga adalah semacam teriakan tak langsung "Ada bahaya!" atau "Awas!", namun bukan seperti dialog." 
Sementara akar pohon pun juga akan mengeluarkan sejumlah komunikasi kimiawi yang berbeda. Namun, karena senyawa ini berada di lapisan tanah, ia tidak akan bisa menyebar sejauh senyawa kmia yang menyebar lewat udara dan air. 
Kini para peneliti tengah berupaya meneliti dan mengurai senyawa-senyawa kimia itu agar senyawa informasi itu dapat dimodifikasi dan digunakan secara genetik untuk keperluan pembasmian hama untuk tanaman yang akan dipanen.

Virus Untuk Optimalkan Sel Surya

Peneliti asal Massachusetts Institute of Technology (MIT) berhasil menemukan cara untuk meningkatkan efisiensi proses konversi sinar matahari menjadi energi secara signifikan.

Caranya, mereka menggunakan virus untuk melakukan proses perakitan di tingkat mikroskopik. Adapun “pekerjaan” yang dilakukan virus itu antara lain adalah berinteraksi dengan karbon nanotube.

Tabung nano karbon, seperti diketahui sebalumnya, menawarkan potensi perbaikan teknologi, khususnya di bidang penyimpanan energi seperti sel bahan bakar dan thermocell.

Pada kasus panel surya, MIT menyebutkan, rongga silinder berukuran mikroskopik yang terdiri dari karbon murni ternyata apat meningkatkan efisiensi dari pengumpulan elektron dari permukaan sel surya. Namun demikian, peneliti menghadapi sejumlah tantangan saat berurusan dengan nanotube.

Masalah pertama, pembuatan nanotube karbon umumnya menghasilkan dua jenis nanotube. Sebagian bersifat seperti semikonduktor yang kadang memungkinkan listrik mengalir, dan kadang tidak. Ini merupakan tipe yang menguntungkan karena bisa meningkatkan performa sel surya.

Jenis kedua yang dihasilkan memiliki bersifat seperti logam yang berfungsi seperti kabel. Selalu memungkinkan listrik mengalir. Ini justru mengurangi performa produk panel surya yang dihasilkan.

Masalah kedua, nanotube juga cenderung mengumpul. Ini juga menurunkan tingkat efektivitasnya. Di sinilah virus berguna.

Peneliti MIT mendapati bahwa sebuah versi virus yang sudah dimodifikasi secara genetik, yang disebut M13 yang umumnya menginfeksi bakteria, bisa digunakan untuk mengontrol susunan nanotube pada permukaan, membuat tabung-tabung itu tetap terpisah sehingga tidak menimbulkan arus pendek serta menjaga tabung-tabung itu tetap berjauhan agar tidak saling menempel.

Menurut Angela Belcher, Professor of Energy dari MIT yang mengetuai penelitian, proses ini hanya menambahkan satu langkah sederhana pada proses pembuatan sel surya. “Proses ini juga tidak sulit untuk diadaptasi oleh fasilitas produksi yang ada saat ini,” ucap Belcher, seperti dikutip dari Earth Techling.

Belcher menyebutkan, sistem yang ditelitinya diuji dan menggunakan sel surya dari jenis yang disebut dengan sel surya peka warna (dye-sensitized). Namun, timnya yakin bahwa teknik ini juga bisa diaplikasikan pada sel surya tipe lain.

Dalam uji coba, mereka berhasil meningkatkan efisiensi konversi energi dari 8 persen menjadi 10,6 persen. Artinya, menggunakan teknik ini, peningkatan sekitar 32 persen atau nyaris satu per tiga kali lipat berhasil diraih.

Bangkai Titanic Akan Sirna Tahun 2030

Bangkai Titanic Akan Sirna Tahun 2030

Bangkai kapal Titanic yang tenggelam hampir seabad lalu akibat menabrak gunung es bisa sirna selamanya. Bangkai itu, menurut ilmuwan, akan habis akibat dimakan bakteri Halmonas titanicae.
Pendapat tersebut muncul setelah pemuan bakteri yang memakan bangkai kapal itu oleh Dr HenSaatrietta Mann dan Bhavleen Kaur dari Dalhousie University di Halifax, Nova Scotia, Kanada, bersama tim peneliti dari Universitas Sevilla, Spanyol,
Bakteri yang ditemukan telah memakan 50.000 ton besi sejak Titanic tenggelam. Melihat aktivitas bakteri memakan besi, Mann dalam wawancaranya dengan FoxNews memperkirakan Titanic tinggal memiliki umur 15-20 tahun. "Saya pikir tidak akan terlalu lama setelah itu," ujarnya.
Jadi, diperkirakan kapal yang tenggelam tahun 1912 dan merupakan kapal terbesar di zamannya tersebut benar-benar akan menjadi kenangan pada 2030. Pada saatnya nanti, menonton filmTitanic mungkin menjadi lebih berarti.
Source: www.foxnews.com

Mengubah Urin Jadi Bahan Bakar Hidrogen


Mengubah Urin Jadi Bahan Bakar Hidrogen
Peneliti dari Amerika telah mengembangkan cara yang efisien untuk memproduksi gas hidrogen dari urin – tentu saja hal ini menjadi salah satu alternative untuk sumber bahan bakar mobil dimasa depan melainkan juga menjadi cara untuk memperdayagunakan limbah yang dihasilkan oleh manusia.
Penggunaan gas hydrogen untuk bahan bakar mobil telah menjadi alternative bahan bakar yang penggunaannya semakin meningkat, hal ini disebabkan dengan mengggunakan gas hydrogen maka gas buang yang dihasilkan tidak mencemari lingkuangan karena yang keluar hanya uap air. Akan tetapi salah satu kendala yang dihadapi adalah kurangnya sumber gas hydrogen yang murah dan mudah diperbaharui.
Gerardine Botte dari Universitas Ohio kemungkinan telah menemukan jawaban atas permasalahan tersebut, dengan menggunakan pendekatan proses elektrolisis dia berhasil menghasilkan gas hydrogen dari urin, salah satu limbah yang sangat berlimpah di bumi dan tentu saja urine ini menjadi sumber gratis sehingga dapat memangkas biaya produksi gas hydrogen.

Botte mengatakan bahwa ide ini muncul kepadanya beberapa tahun lalu pada saat dia menghadiri konferensi bahan bakar, saat itu dia mendiskusikan bagaimana cara mengubah sumber daya air menjadi sumber daya energi yang bersih. “Saya berharap kita bisa mengubah air menjadi sumber energi yang ramah lingkungan”, katanya. Dia pun mulai memikirkan dengan mencari sumber limbah yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menghasilkan gas hydrogen.
Kandungan urin terutama adalah urea, dimana urea ini memiliki empat atom hydrogen per molekulnya, ikatan hydrogen dengan ataom N dalam urea lebih lemah dibandingkan ikatan hydrogen dengan atom O dalam air. Botte kemudian memutuskan untuk menggunakan elektrolisis untuk memecah bagian molekul urea ini dengan menggunakan elektroda berbasis nikel yang bersifat selektif dan efisien untuk mengoksidasi urea. Untuk memecah molekul urea ini diperlukan voltase sebesar 0,37 Volt yang mana voltase ini masih lebih rendah jika dibandingkan yang diperlukan untuk mengelektrolisis air yaitu sekitar 1,23 volt.
Selama proses yang terjadi urea teradsorbsi pada elektroda nikel, yang kemudian mengalirkan electron yang kemudian molekul urea terurai. Gas hydrogen murni terbentuk pada katoda, gas nitrogen dan sedikit gas oksigen dan hydrogen terbentuk di anoda. Gas karbondioksida juga dihasilkan pada saat elektrolisis akan tetapi gas ini tidak bercampur dengan gas yang dihasilkan pada anoda dan katoda disebabkan gas ini bereaksi dengan KOH membentuk kalium karbonat. “Perlu waktu bagi kami untuk menggunakan urine manusia sebagai percobaan sehingga kami bisa mempubilkasikan penelitian kami ini”, kata Botte.
Menurut Botte, proses yang ada untuk memisahkan urin dari air saat ini sangat mahal dan tidak efisien. Urin umumnya terhidrolisis menjadi amonik sebelum terlepas keudara sebagai gas ammonia. Terbentuknya gas ini akan membentuk ammonium sulfat dan partikel nitrat di udara, dimana kedua zat ini dapat menyebabkan berbagai macam permasalahan bagi kesehatan manusia seperti asma, bronchitis, dan kematian dini.
Grup peneliti tersebut telah menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari sitem elektrolisis yang akan dipakai termasuk mempelajari mekanisme reaksinya secara komputasional. Botte meyakini bahwa teknologi ini akan mampu dibuat dalam skala yang besar untuk menghasilkan gas hydrogen. “salah satu kendala yang menghalangi proses adalah banyaknya garam yang ada dalam sumber urin,” kata Botte.
Bruce Logan, seorang ahli energi dari limbah dan direktur Pennsylvania State University’s H2E Center and Engineering Environmental Institute memberikan applause pada Botte yang telah memberi kontribusi atas alternative produksi hydrogen tanpa memecah molekul air. Bagaimanapun juga dia memberi suatau pernyataan bahwa urea lebih cepat diubah menjadi ammonia dengan menggunakan bakteri, hal ini tentu saja menjadi batasan penelitian yang dilakukan oleh Botte. Tapi Logan merasa bahwa ide Botte sangat bagus dengan memikirkan bagaimana cara untuk mengolah limbah urine kita tidak hanya untuk menghasilkan hydrogen akan tetapi juga untuk menghasilkan sumber lain misalnya fosfor sebagai sumber pupuk menginggat dimasa mendatang seperti halnya minyak bumi fosfor bisa menjadi barang yang langka dan kita harus memikirkan cara untuk mendaur ulang fosfor untuk keperluan di masa datang.
Sumber : http://www.rsc.org/chemistryworld/News/2009/July/02070902.asp

Mengapa Permukaan Bulan Menggembung

Mengapa Permukaan Bulan Menggembung
Bumi mungkin memegang perangan penting dalam mempengaruhi permukaan Bulan. Gravitasi Bumi menjadikan permukaan Bulan jadi menggembung.
Gravitasi bumi menciptakan tonjolan pada garis khatulistiwa bulan, serta memberikan penjelasan mengapa sisi jauh Bulan lebih tinggi daripada sisi yang menghadap Bumi seperti saat ini. Rincian penelitian ini muncul di jurnal Science.
Sisi belakang bulan pada dasarnya merupakan misteri. Sisi depan bulan yang biasa dilihat manusia terdiri dari bermacam kawah dan dataran vulknaik. Namun, kawasan sisi belakang bulan ternyata jauh lebih tinggi.
Dan sekarang ilmuwan tahu mengenapa ini bisa terjadi, sebagian besar karena Bumi.
Selama lebih dari empat miliar tahun, setelah bulan terbentuk dan pemadatan inti, kerak bulan mengapung di lautan magma. Selama itu pula, gaya gravitasi Bumi menarik kerak yang mengambang dan menciptakan distorsi. Fenomena tersebut mirip dengan fenomena Bulan yang menciptakan pasang surut pada lautan bumi.
Tonjolan pasang surut bulan kemudian menyebabkan kerak mencair dan menipis di sisi kutub di mana lapisan ini kemudian membesar. Selanjutnya, kerak di tiap garis khatulistiwa bulan tetap tebal dan menggembung.
Profesor Ian Garrick-Bethell dari University of California Santa Cruz, yang memimpin studi ini percaya bahwa proses pasang surut dapat menjelaskan sekitar 25% hingga 40% topografi bulan.
Studi kami yang pertama mengukur struktur dan bentuk dari sisi jauh bulan dan alasan pembentukannya, kata Garrick Bethell. Kami mampu menjelaskan topografi berdasarkan proses pasang surut, ujarnya seperti dikutip dari BBC.

Artikel lain yang mungkin Anda sukai :
Kenapa Kucing Bisa Melihat Dalam Gelap?Siapa Penemu EMOTICON?Apakah Anda Tahu?Mengapa gelembung sabun berbentuk bulat?